Keluarga Pondok Pesantren Asshomadiyah, seperti masyarakat umumnya di Madura, menjaga betul tradisi mengakhiri perayaan idul fitri dengan makan kupat bersama keluarga. Tradisi ini lazim disebut masyarakat pulau garam dengan istilah ‘Telasan Topak” atau lebaran ketupat.
Tradisi Telasan Topak sudah berjalan ada sejak zaman Wali Songo. Telasan topak ini dilaksanakan 7 hari setelah idul fitri. Ada cerita di masyarakat, konon telasan topak ini adalah lebarannya orang-orang yang melaksankan puasa syawal.
Telasan topak ini menjadi pertanda berakhirnya perayaan Idul Fitri. Kurun waktu tanggal 1-6 Syawal biasnaya menjadi wahana silaturahim dan bermaaf-maafan, dengan telasan topak maka berakhir juga tradisi mengunjungi rumah saudara dan tetangga.
Di keluarga pondok pesantren Asshomadiyah, telasan topak biasanya diisi kegiatan makan bersama di ndalem kasepuhan yang saat ini didiami oleh Nyai Hj. Aisyah Makki.
Keluarga berkumpul untuk makan ketupat, lontong dan sayur. ada menu khusus yang disediakan setiap telasan topak, yaitu sayur “ladeh”, sayur yang berbahan dasar usus sapi dan kuah santan.
Selain makan ketupat/lontong, biasanya juga diisi dengan ngobrol santai membahas berbagai hal tentang kehidupan dengan seluruh sanak famili yang berkumpul.**