Perjuangan Terberat Rasulullah dan Kemuliaan Akhlaknya 

Sungguh mulia perangai Rasulullah saw bahkan Allah menyebut akhlaknya sebagai akhlak Al-Quran. Kemuliaannya itu terbukti saat mendapat ujian terberat di Ta’if, malaikat penjaga gunung pun menawarkan diri untuk memperlakukan apa saja terhadap penduduk Ta’if yang berbuat zalim kepadanya, namun respons Rasulullah saw terhadap tawaran itu sungguh mencengangkan.

Maka khutbah Jumat ini berjudul, “Perjuangan Terberat Rasulullah saw. dan Keluhuran Akhlaknya.” Untuk mencetak silahkan klik fitur download berwarna merah di desktop pada bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!

Khutbah I

  إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ  وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ أَمَّا بَعْدُ ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُوْنِ، وَقَالَ: وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ  

Hadirin rahimakumullah 

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah swt. Alhamdulillah, berkat limpahan rahmat dan inayah-Nya, kita masih mendapatkan nikmat iman, Islam, sehat, panjang umur, dan juga nikmat kekuatan, sehingga hati kita masih terpanggil menjalankan perintah Allah dan  bersimpuh di tempat yang Insyaallah penuh berkah ini.   

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Alam, Nabi Besar Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya, hingga kepada kita yang senantiasa berharap ridha dan syafaatnya pada hari Kiamat.

Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berpesan kepada diri pribadi khususnya dan kepada jamaah Jumah sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Sebab, hanya iman dan takwa yang menjadi benteng keselamatan diri di dunia maupun di akhirat kelak.  

Hadirin rahimakumullah 

Suatu ketika Siti Aisyah radhiyallahu anha pernah bertanya kepada Baginda Rasul saw, “Adakah hari yang lebih berat bagimu daripada hari di saat perang Uhud?” 

Rasulullah saw lantas bercerita bahwa hari terberat yang dialaminya selain saat perang Uhud adalah hari ‘Aqabah. Tepatnya di musim haji ketika beliau menawarkan diri agar mendapat perlindungan dari kabilah-kabilah Ta’if, sekaligus agar misi dakwah yang diembannya tersampaikan kepada mereka.

Padahal saat itu Baginda Nabi saw telah menempuh perjalanan dari Makkah ke Ta’if sejauh 60 mil dan berdakwah selama lima belas hari di sana. Setiap warga Ta’if yang ditemuinya di pasar atau tempat lain selalu disapa dan ditawari untuk memeluk Islam dan mengesakan Allah.

Puncaknya, pada malam ‘Aqabah, Rasulullah saw menawarkan diri kepada kabilah-kabilah di sana. Dikabarkan, saat itu ada tokoh mereka yang bernama Ibnu ‘Abdi Yalil bin Kilab namun di luar dugaan, dia justru menolak mentah-mentah tawaran dan permintaan Rasulullah.   

Mendengar penolakan keras dari tokoh Ta’if, Rasulullah begitu terpukul, sedih dan bingung yang teramat sangat. Belum lagi pengusiran dan lemparan batu yang dilakukan penduduk Ta’if hingga kakinya berdarah. Akhirnya, beliau pergi meninggalkan Ta’if. Sepanjang perjalanan, beliau tak menyadari ke manakah dirinya pergi. Baru setelah sampai di Qarnuats Tsa‘alib, beliau menyadarinya.   

Qarnuts Tsa‘alib sendiri merupakan sebuah wilayah yang jaraknya kurang lebih dua marhalah (48 mil atau 89,5 km) dari kota Makkah. Sekarang wilayah itu dikenal dengan nama Qarnul Manazil. Dari sanalah para penduduk Najd berihram dan bertolak menunaikan ibadah haji dan umrah. (Ali bin Ibrahim, as-Sirah al-Halabiyyah, juz I/153).  

Melihat kekasih-Nya bersedih, Allah segera menghibur Rasulullah saw atas penderitaan dan beban berat yang telah dialami fisik dan psikisnya. Pada hari itu, Allah mengutus Malaikat Jibril. Tepat saat mengangkat kepalanya, Rasulullah melihat Malaikat Jibril berada di atas awan. Malaikat Jibril pun memanggilnya dan menyampaikan:

  إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَمَا رُدُّوْا عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ   

Artinya, “Sesungguhnya Allah mendengar apa yang kaummu katakan kepadamu. Allah juga mengetahui bagaimana jawaban mereka. Sekarang, Dia telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu untuk diperintah apa saja sesuai keinginanmu terhadap mereka.”    

Kemudian, malaikat penjaga gunung pun datang dan menyapa:

  يَا مُحَمَّدُ، إِنَّ اللهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَأَنَا مَلَكُ الْجِبَالِ وَقَدْ بَعَثَنِي رَبُّكَ إِلَيْكَ لِتَأْمُرَنِي بِأَمْرِكَ، فَمَا شِئْتَ، إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمُ الْأَخْشَبَيْنِ  

Artinya, “Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar pernyataan kaummu kepadamu. Aku adalah malaikat gunung yang diutus Tuhan kepadamu untuk engkau perintahkan sesuai perintah yang diinginkanmu. Jika engkau mau, aku akan timpakan kedua gunung itu kepada mereka.”  

Namun di luar dugaan, Rasulullah menjawab:  

بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا  

Artinya, “Justru aku berharap dari sulbi (keturunan) mereka, Allah mengeluarkan orang-orang yang mau menyembah Allah semata tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun,” (HR. Bukhari dan Muslim).  

Hadirin rahimakumullah 

Dari pernyataan malaikat penjaga gunung, kita mengetahui bahwa betapa besarnya kekuatan yang Allah berikan kepada malaikat itu, sampai-sampai mampu mengangkat kedua gunung besar yang ada di Makkah lalu menimpakan kepada para penduduknya. Jika benar kedua gunung itu ditimpakan, mereka pasti sudah binasa dan tinggal bekasnya saja.  

Kezaliman yang dilakukan warga Ta’if tidak sampai mengeluarkan Rasulullah dari jati dirinya sebagai seorang rasul dan perangainya yang lemah lembut, penyayang, dan pembawa rahmat bagi seluruh alam, beliau tak mau balas dendam demi dirinya sendiri serta tetap bersabar dan memperhitungkan balasan yang akan diterimanya.  

Alih-alih ingin balas dendam, beliau malah menyampaikan, “Justru aku berharap dari keturunan mereka, Allah mengeluarkan orang-orang yang menyembahkan Dia semata, tidak ada yang menyekutukan-Nya dengan apa pun.”  

Tidaklah salah Allah menyematkan rahmat bagi seluruh alam pada diri Rasulullah, Allah berfirman:

  وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ   

Artinya, “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,” (QS.  Anbiya [21]: 107).  

Ternyata doa dan harapannya terkabul, Allah mendatangkan orang-orang yang akan menyembah-Nya dari turunan mereka. Mereka berbondong-bondong masuk Islam. Dari turunan mereka yang telah bertindak kasar pada Rasulullah itu, lahir orang-orang yang mengemban panji agama-Nya dan gigih berjihad di jalan-Nya.  

Hadirin rahimakumullah 

Dari kisah hadits di atas, kiranya dapat kita petik sejumlah pelajaran berharga berikut ini:  

Betapa beratnya penderitaan yang dialami Rasulullah saat berdakwa di tengah masyarakat Arab.  Betapa teguh hati dan gigihnya perjuangan Rasulullah dalam menyampaikan dakwah meski harus dihadapi dengan tentangan dan penolakan.   

Allah senantiasa melindungi dan menghibur Rasulullah di setiap saat, terutama di saat menghadapi ujian berat.   Salah satu hiburan yang diberikan Allah adalah mengutus malaikat penjaga gunung untuk memenuhi perintah dan keinginannya terhadap masyarakat Ta’if yang menentang dakwahnya.   

Betapa besarnya kasih sayang Rasulullah terhadap kaumnya. Betapa tegarnya hati beliau dalam menghadapi penderitaan yang mereka timpakan terhadap dirinya.  

Betapa besarnya kekuatan yang diberikan kepada malaikat penjaga gunung, sampai-sampai mampu membalikkan kedua gunung.  Rasulullah tidak menginginkan kebinasaan kaum yang menentang dakwahnya. Betapa mulianya perangai Rasulullah dan layak kita teladani. Tidak ada sedikit pun rasa dendam terhadap kaum atau orang yang telah melukai hatinya.  Alih-alih balas dendam, beliau malah mendoakan mereka. Harapannya, semoga ada turunan mereka yang mau beriman dan mengesakan Allah. (Al-Qusthulani, Irsyadus Sari Li-Syarh Shahih al-Bukhari, II/275).   

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ  

Khutbah II

  اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُهُ نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ . اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ   اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْن، اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلًا وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلَالًا طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اَللّٰهُمَّ قَنِّعْنَا بِمَا رَزَقْتَنَا وَبَارِكْ لَنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَنَا وَاخْلُفْ عَلَيْنَا كُلَّ غَائِبَةٍ لَنَا مِنْكَ بِخَيْرٍ بِرَحْمَتِكَ يآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ   عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

M. Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.

Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-perjuangan-terberat-rasulullah-dan-kemuliaan-akhlaknya-M3JFG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *