Menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah sebuah kebahagiaan besar bagi umat Islam. Kegembiraan itu bukan sekadar tradisi, melainkan bentuk cinta yang dapat mendatangkan rahmat Allah. Bahkan seorang kafir seperti Abu Lahab yang jelas dicela dalam Al-Qur’an pernah mendapat keringanan azab hanya karena hatinya gembira saat Nabi lahir.
Al-Qur’an menegaskan nasib Abu Lahab:
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.” (QS. Al-Lahab: 3)
Namun dalam riwayat Shahih Bukhari, diceritakan bahwa setelah wafat, Abu Lahab terlihat dalam mimpi keluarganya dalam keadaan diazab. Ia berkata:
لم ألق بعدكم غير أني سُقيت في هذه بعتاقتي ثويبة
“Aku tidak mendapatkan kebaikan sedikit pun setelah mati, kecuali aku diberi minum melalui (jari ini) karena aku memerdekakan Tsuwaibah.” (HR. Bukhari)
Tsuwaibah adalah budak perempuan Abu Lahab yang membawa kabar kelahiran Nabi Muhammad SAW. Karena gembira mendengar kabar itu, Abu Lahab memerdekakannya. Atas kegembiraan kecil itu, setiap hari Senin hari kelahiran Nabi Allah ringankan azab Abu Lahab.
Di sini kita mendapat pelajaran: orang kafir yang hatinya hanya sesaat bergembira karena kelahiran Nabi saja mendapatkan keringanan azab, apalagi umat Islam yang beriman, membaca shalawat, dan dengan tulus merayakan Maulid Nabi.
Pandangan Ulama: Gus Baha dan Sayyid Muhammad al-Maliki
Gus Baha dalam ceramahnya mengutip pandangan Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, ulama besar dan kharismatik Makkah. Beliau menegaskan, bila Abu Lahab yang dilaknat saja memperoleh keringanan karena bergembira atas kelahiran Nabi, maka umat Islam lebih utama lagi dalam mendapat limpahan rahmat ketika merayakan Maulid.
Sayyid Muhammad juga membuat analogi sederhana: “Kalau seorang ayah saja bergembira ketika anaknya lahir, meski kita tidak tahu apakah anak itu akan saleh atau tidak, lalu bagaimana mungkin kita tidak bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad yang jelas saleh dan menjadi rahmat bagi semesta alam?”
Gus Baha menambahkan: “Tidak layak bagi orang yang berakal mempertanyakan mengapa umat Islam memperingati Maulid. Orang beriman bergembira karena kelahiran Nabi adalah hal yang sangat wajar dan mulia.”
Ajakan untuk Umat
Dari kisah Abu Lahab dan pandangan para ulama, jelas bahwa kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan perkara sepele. Ia memiliki nilai spiritual yang mendatangkan keberkahan.
Maka, menyambut Maulid Nabi hendaknya kita lakukan dengan hati yang penuh cinta, zikir, shalawat, dan syukur. Karena hati yang bergembira dalam mencintai Nabi akan berbuah keringanan hidup, keberkahan umur, dan insyaAllah syafaat di akhirat.
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus: 58)
Mari kita jadikan Maulid Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai perayaan lahiriah, tetapi juga ruang batin untuk mendekatkan diri kepada Allah. Suka cita itu semoga berbalik menjadi limpahan rahmat, cahaya hidayah, dan keberkahan yang menuntun kita dalam menjalani hidup hingga kelak mendapatkan syafaat beliau di hari akhir.
H. Badiul Hadi, Kader Muda NU
 
                         
                         
                         
			 
			 
			 
			