Samarinda, 11 Mei 2025 — Kiprah keluarga besar Asshomadiyah kembali mendapat kepercayaan dalam kepengurusan organisasi keagamaan tingkat nasional. Sebanyak empat tokoh perempuan dari keluarga Asshomadiyah resmi dilantik menjadi jajaran Pengurus Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) masa khidmat 2025–2030.
Pelantikan yang berlangsung khidmat di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, ini dihadiri langsung oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), bersama jajaran PBNU lainnya. Katib Syuriah PBNU, KH. Ahmad Said Asrori, memimpin langsung prosesi pengambilan sumpah para pengurus baru.
Empat tokoh perempuan dari keluarga Asshomadiyah yang dilantik dalam kepengurusan PP Muslimat NU tersebut antara lain:
- Nyai Dr. Hj. Wan Nendra Qomaruddin sebagai Sekretaris 3 Dewan Pembina PP Muslimat NU
- Nyai Hj. Arifatul Choiri Fauzi, yang saat ini juga menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), dipercaya sebagai Ketua PP Muslimat NU
- Nyai Hj. Afifatul Anwariyah Fauzi, M.Si., mengemban amanah di Bidang Sosial
- Nyai Hj. Mukarromah, M.M., dipercaya menangani Bidang Ketenagakerjaan
Pelantikan ini turut dihadiri oleh Sekretaris Umum PBNU KH. Syaifullah Yusuf (Gus Ipul), Ketua PBNU KH. Amin Said, Hj. Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua Umum Pembina PP. Muslimat, Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur, sejumlah pejabat tinggi dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Sosial, Kementerian Hukum, tokoh masyarakat, serta ribuan kader dan simpatisan Muslimat NU dari berbagai daerah.
Dalam sambutannya, KH. Yahya Cholil Staquf menyampaikan apresiasi dan harapan besar terhadap kepengurusan baru Muslimat NU. “Muslimat NU memiliki peran strategis dalam membangun peradaban bangsa melalui pemberdayaan perempuan, keluarga, dan masyarakat akar rumput. Kita optimistis kepemimpinan baru ini akan membawa semangat baru,” ujarnya.
Pelantikan ini juga menegaskan posisi penting keluarga Asshomadiyah dalam kontribusi terhadap pembangunan keumatan, pendidikan, dan sosial, khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama. Keterlibatan empat anggota keluarga dalam kepengurusan menjadi simbol sinergi keluarga dan pengabdian multigenerasi dalam bingkai organisasi keislaman terbesar di Indonesia ini.